Inspirasi Mbah Wiro, Nenek asal Purworejo yang Tetap Bugar di Usia Senja
Jakarta, Mbah Wiro ialah nama panggilan Djemikem warga Desa Boro Wetan, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Meski sudah tua, ia tetap beraktivitas menyerupai biasa. Salat lima waktu pun dilakoni tiap hari.
Kondisi fisik Mbah Wiro masih tampak sehat dan segar bugar. Aktivitas sehari-hari menyerupai menyapu halaman, menjemur pakaian hingga mengangkat pakaian kering dari jemuran masih dilakukan. Keluarga dan warga pun melihat Mbah Wiro sehat dan tidak banyak perubahan selama ini
Tidak ada yang tahu pasti umur Mbah Wiro. Tetangga dan sahabat sebaya waktu kecil sudah habis atau meninggal semua. Dia mempunyai 7 orang anak. Enam orang anaknya telah meninggal dunia. Kini hanya tinggal anak bungsunya Wariyo yang berumur 67 tahun.
Berdasarkan keterangan keluarga, ia kelahiran 16 April 1920. Namun keluarga juga meyakini Mbah Wiro berumur lebih dari itu. Ada kemungkinan dulu petugas hanya memperkirakan umur dan tahun kelahirannya.
Nenek 7 anak dengan 9 cucu, 17 cicit dan 1 canggah ini mengaku tidak punya resep khusus sehingga mampu berumur panjang. Namun ia menceritakan sewaktu kecil sering makan daging kuda yang dibawakan oleh ayahnya.
"Alhamdulillah masih sehat hingga sekarang. Kalau makan biasa tidak ada resep khusus, tapi dulu waktu kecil sering makan daging kuda yang dibeli oleh ayah saya," kata Mbah Wiro kepada detikcom di rumahnya.
Foto: Rinto Heksantoro/detikcom |
Baca juga: Olahraga dapat Memperpanjang Umur, Berapa Lama Sih Harusnya?
Dia mengatakan suaminya berjulukan Wiro Semadi. Oleh alasannya ialah itu warga kemudian memanggilnya dengan sebutan Mbah Wiro. Suaminya sudah meninggal semenjak puluhan tahun lalu. Kini, nama suaminya melekat pada Djemikem sehingga ia lebih dikenal warga dengan nama Mbah Wiro.
Namun demikian, Djemikem atau mbah Wiro sendiri lupa akan tanggal lahirnya. Umur mbah Wiro yang diperkirakan sekitar 116 tahun itu diketahui berdasarkan kisah turun temurun keluarganya.
Salah seorang cucunya, Rofingah (46), menuturkan neneknya tersebut diperkirakan berumur 116 tahun berdasarkan perhitungan keluarga. Berbagai kisah pendukung dari mendiang anak-anaknya diketahui mbah Wiro sudah tumbuh menjadi kembang desa sekitar tahun 1913.
"Dulu Mbah Wiro itu saat di Purworejo mendarat pesawat terbang Belanda mendarat sekitar tahun 1913 sudah menjadi perawan," ungkap Rofingah.
Baca juga: Cara Miliki Umur Panjang menyerupai Bos Playboy Hugh Hefner
Menurut kisah orang tuanya, ia dimarahi oleh orang tuanya Mbah Wiro waktu itu alasannya ialah pergi jauh ke Alun-alun Purworejo hanya untuk melihat pesawat itu.
Menurutnya, Mbah Djemikem yang tidak pernah bersekolah. Di usia belasan tahun atau remaja, ia telah bekerja membantu orang tuanya berjualan sayur keliling kota Purworejo pada zaman Belanda.
Meski sudah renta, Mbah Wiro hingga kini masih rajin menjalankan salat 5 waktu di masjid kampung yang tidak jauh dari rumahnya.
"Anaknya tinggal satu yang masih hidup, anak ragil. Meski sudah bau tanah tapi simbah masih rajin ke masjid. Saya juga heran, dari dulu hingga sekarang kok kayaknya simbah tidak berubah tambah tua, ya menyerupai itu-itu aja," katanya.
Di rumah sehari-hari, Mbah Wiro masih mengerjakan beberapa pekerjaan rumah menyerupai menyapu halaman, mengangkat pakaian yang kering dari jemuran. Saat berbicara pun omongan dan kata-kata yang diucapkan dalam Bahasa Jawa cukup jelas.
"Kalau nyuci saya juga masih mampu sendiri, nyapu juga," kata Mbah Wiro.
Foto: Rinto Heksantoro/detikcom |
Catatan: Artikel asli dipublikasikan di sini.
Sumber detik.com