Izinkan Saya Berzina Dengan Anak Bapak (Renungan & Nasehat Untuk Para Orangtua)
Suatu hari sepasang muda-mudi yg berniat taaruf akan izin pergi untuk berjalan-jalan.
sang gadis adalah seseorang yg telah disukainya sejak lama..
Setibanya pemuda di rumah orang tua sang gadis untuk menjemputnya.
Gadis: Masuk dulu yaaa, bertemu sama ayah
Pemuda : Boleh kah?
Gadis: Masuk saja, saya bersiap-siap dulu.
Masuklah sang pemuda melalui pintu utama. Pintu yang siap terbuka mengelu-elukan
kedatangan si pemuda.
Pemuda : Assalamualaikum.
Ayah Gadis : waalaikumussalam!
Mendengar lantangnya suara Ayah si gadis, hati si pemuda kaku membatu.
Lantas si gadis menyadarkan pemuda dari lamunan itu. Entah apa yang dipikirkannya.
Gadis : Mari, silahkan duduk
Pemuda : eh.,iyaa
Setelah mengucapkan salam dan berjabat tangan, duduklah si Pemuda di kursi yang hampir menghadap Ayah si gadis. Hanya koran yang menjadi ‘sitroh’ antara mereka.
Ayah Gadis : hendak jalan kemana hari ini?
Pemuda : ke Kota saja Pak, katanya dia mau mencari barang katanya. entah barang apa saya tidak tahu.
Ayah Gadis : oh..
Pemuda : . . .
Hampir 5 menit suasana senyap dan hening tanpa suara.
Dan ibu si gadis keluar dari ruang belakang membawa air dan kue kering untuk dihidangkan
Si Pemuda pun tersenyum manis.
Ibu Gadis : Silahkan diminum dulu nak. Kamu sudah sarapan?
Pemuda : eh, Sudah Bu. Terima kasih.
Ibu Gadis : kamu ini malu-malu segala dengan kami.
Pemuda : saya hanya segan Bu. Hehe
Ayah Gadis : kapan kamu mau mengirim rombongan (lamaran)?
Ibu Gadis : eh, ayah ini?
Pemuda : hmm. Saya belum memiliki banyak uang tabungan Pak. Hehe
Ayah Gadis : kamu bawa anak kami kesana-kemari. Apa orang kata nanti?
Pemuda: (sebenarnya Malu dengan orang lain, serta malu dengan Allah). Setiap kami pergi kami selalu naik mobil Pak, tidak pernah berdekatan apalagi sampai bergandeng tangan.
Oh iya, bisa saya tanya sedikit Pak?
Ayah Gadis : tentu saja, silahkan!
Pemuda : bapak dan ibu ingin saya
menyediakan uang berapa untuk lamaran ini?
Ibu Gadis : kalau bisa Rp.50.000.000,-
Ayah Gadis : ehh, tapiiiiii...
kalau bisa lebih besar dari orang sebelah yang naksir juga sama gadis, kelihatannya dia.
Pemuda : Maaf, Berapa itu yaa Bu?
Ayah Gadis : Rp.100.000.000,- syukur-syukur kalau bisa lebih..
Pemuda : ( dalam hati.. Ya Allah, whhooa.. Rp.50.000.000,- darimana saya dapat uang sebanyak itu, aduh)
Besar sekali Pak, apakah tidak bisa lebih sedikit, kita buat acara sederhana saja. Cukup mengundang keluarga, saudara, teman dan tetangga dekat, dan acara yg layak untuk memberitahukan pada masyarakat bahwa kita sudah resmi menikah agar tidak ada fitnah di tetangga?. Apa bapak tidak kasihan pada saya dan anak bapak? Lebih baik kita adakan undangan yang umum lebih baik lagi sederana, Uangnya bisa kami gunakan untuk membeli tanah/rumah atau biay anak kami kelak jika bapak mengizinkan saya menikahinya
Ayah Gadis : itu sudah nasib kamu nak, Terlebih anak kami kan seorang sarjana, dokter
kamu yang akan menikahi anak kami..
Lagipula dialah anak perempuan kesayangan kami.
Si Pemuda pun hanya bisa menghela nafas dalam sambil termenung.. ketika disebutkan ‘harga’ si gadis itu.
Dan si Pemuda mencoba kembali berdiskusi dengan orang tua gadis pujaan hatinya.
Pemuda : Boleh saya bertanya lagi, maaf kalau kurang sopan dan tidak berkenan dihati..
apakah anak bapak pandai memasak? sering membantu ibunya mencuci piring ? suka mengepel lantai atau bersih-bersih rumah setelah shubuh?
Ayah Gadis : hmm,.boro-boro. Tidurnya aja larut malam / Bangun tidur saja jam 8 lebih, bukan bangun pagi lagi itu. Habis bangun terus langsung makan/sarapan.
Ibu Gadis : Apa sih ayahnya ini, anaknya mau dijadikan istri, dia malah cerita yang jelek-jelek.
Ayah Gadis : Ibunya pun sama suka terlambat bangun juga.
Ibu Gadis : ih ayah ini!
Pemuda: (hanya terdiam mendengarkan penjelasan ayahnya) Ehh.. iya cukup pak,
sekarang saya sudah tau. Kalau boleh bertanya lagi, bisa kah dia membaca Qur’an?
Ibu Gadis: bisa sedikit-sedikit kok
Pemuda : belajar dengan maknanya?
Ibu Gadis : mungkin.
Pemuda : hmm.
Ibu Gadis : kenapa?
Pemuda : Oh, tidak apa - apa bu. Pertanyaan terakhir, apakah dia rajin sholat?
Ayah Gadis : Apa maksud kamu tanya semua ini !? Dia kan dekat dengan kamu. Harusnya kamu juga tahu.
Pemuda : Setiap sedang diluar dan saya ajak sholat, dia selalu bilang sedang datang bulan. Sedikit - sedikit datang bulan. Saya jadi bingung, sebenarnya dia bisa sholat atau tidak.
Ayah dan Ibunya begitu kaget. Dan pada wajahnya begitu kemerahan menahan amarah.
Pemuda : Boleh saya sambung lagi. Dia tak bisa masak, tak bisa sholat, tak bisa mengaji, tak bisa menutup aurat dengan baik. Sebelum dia menjadi istri saya, dosa-dosanya juga akan menjadi tanggung jawab dosa bapak dan ibu. Lagipula tak
pantas rasanya dia dihargai Rp.50.000.000,-.
Kecuali dia hafidz Qur’an 30 juz dalam kepala,perilaku & akhlaknya baik, pandai menjaga aurat, diri, dan batasan-batasan agamanya. Barulah dengan mahar Rp.100.000.000,-pun saya
inshaa allah usahakan untuk membayar.
jika bapak mengizinkan saya menikahinya,
inshaa allah saya akan membuatnya menjadi pribadi yg lebih baik lagi dari saat ini..
Tapi jika segala sesuatunya tidak harus
dibayar mahal mengapa harus dipaksakan untuk dibayar mahal ?
Seperti halnya mahar. Sebab sebaik-baik pernikahan adalah serendah-rendah mahar.
Mata ayah si gadis direnung tajam oleh mata ibu si gadis. Keduanya diam tanpa suara.
Sekarang ketiganya menundukkan kepala. Memang sebagian adat menjadikan anak perempuan untuk dijadikan objek pemuas hati dan duniawi dengan
menunjukkan kekayaan dan bermegah-megah dengan apa yang ada, terutama pada pernikahan. Adat budaya mengalahkan masalah agama. Para orang tua membiarkan bahkan menginginkan anak perempuan dihias dan dibuat pertunjukkan di muka umum.
Sedangkan pada saat akad telah dilafadz oleh suami, segala dosa anak perempuan sudah mulai menjadi tanggung jawab suami dan kelak akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat
Ayah Gadis : tapi kan, ayah hanya ingin anak ayah merasakan sedikit kemewahan. Hal seperti tu kan hanya terjadi sekali seumur hidup.
Pemuda : Bapak ingin anak bapak merasakan kemewahan?
Ibu Gadis : tentulah kami berdua pun turut gembira.
Pemuda : sungguh demikian ? boleh saya sambung lagi? bapak, ibu..
saya bukanlah siapa - siapa sekarang ini. Sekarang dosa anak Bapak, Bapak juga yang kelak akan diminta pertanggung jawabnya. Esok lusa setelah akad nikah saya ucapkan, terus dosa dia saya kelak akan diminta pertanggung jawabnya.
Belum lagi pasti bapak dan ibu ingin kami bersanding lama di pelaminan yang megah, anak Ibu dirias dengan riasan secantik-cantiknya dengan make up dan baju paling mahal, di
hadapan ratusan undangan agar kami terlihat mewah pula. Salain setiap mata yang memandang kami akan mendapat dosa. Apakah begitu penting hal tersebut jika dalam kehidupan sehari-hari kita malah berusaha untuk hidup sesederhana mungkin tanpa berlebih-lebihan.
Ibu si gadis segera mengambil langkah mudah dengan menarik diri dari pembicaraan itu. Si ibu tahu, si pemuda berbicara menggunakan fakta islam. Dan tidak mungkin ibu si gadis dapat melawan kata si pemuda itu.
Ayah Gadis : Kamu mau berbicara mengajari masalah agama di depan kami?
Pemuda : ehh.sekali lagi mohon maaf pak. Bukan saya hendak berbicara / mengajari masalah agama. Tapi itulah hakikat. Terkadang kita terlalu memandang pada adat sampai agama / ketentuan Allah berada dibawahnya.
Ayah Gadis : sudah lah. Kamu sediakan saja Rp.50.000.000,- kemudian kita bicarakan lebih lanjut. Kalau tidak ada, kamu tak bisa menikahi anak ku!
Pemuda : Semakin lama lah hal itu. Mungkin di umur saya sekitar 30 atau lebih, saya baru bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dan bisa masuk meminang anak bapak.
Baiklah, .kalau memang bapak berharap tetap demikian, maka ’izinkan saya berzina dengan anak bapak’?
Ayah Gadis : hei! Kamu sudah berlebihan!, kamu jaga baik-baik omongan kamu itu.
Pemuda : mohon dengar dulu penjelasan saya pak. Saya akan ajak di berzina "pacaran"
Apa bapak tahu alasan orang berzina dan banyak orang memiliki anak di luar nikah? Sebab salah satunya hal seperti ini lah pak.
Selalu saja orang tua perempuan menempatkan puluhan juta rupiah untuk mahar, harus menunggu si pria mempunyai pekerjaan dengan gaji begitu tinggi, sampai pihak pria terpaksa menunda keinginan untuk
menikah. Tetapi cinta dan nafsu kalau tidak diwadahi dengan baik, setan yang jadi pihak ketiga untuk menyesatkan manusia.
Terlebih di zaman seperti ini yang cobaan dan kondisinya oleh berbagai media tidak seperti zaman bapak dan ibu dulu. Akhirnya mereka mengambil jalan pintas. Jika ia tidak kuat iman, maka perzinahaan hal yang dianggap biasa.
memuaskan nafsu serakah dengan berzina. Pertama memang hal yang ringan-ringan dulu pak, pegang-pegangan tangan, saling memeluk, dan sebagainya. Tapi semakin lama akan menjadi hal berat. Yang berat-berat itu bapak sendiri pun bisa membayangkan.
Ayah Gadis : lantas apa kaitan kamu dengan hendak berzina pula !?
Pemuda : Begini logikanya. Sepertinya yang terjadi dengan anak-anak lainnya. Bapak tidak memberi izin kami menikah sekarang, biar ada berpuluh juta uang dulu baru bisa menikah.
kami hendak melepaskan nafsu manusia bagaimana pak? setiap harinya kami mengenal lebih dekat dan semakin dewasa. Dia meminta saya menengoknya, semakin cinta
saling melepas rasa rindu. Susah pak, itu Nafsu alami yang diberikan kepada manusia. Sebab itu saya dengan rendah hati meminta izin pada
bapak untuk berzina dengan anak bapak. Terlepas apakah yang penting bapak tahu saya dan dia hendak berzina. Sebab rata-rata orang
yang berzina itu orang tua tidak tau pak, tidak.
Kelihatannya pemuda -pemudi zaman sekarang biasa-biasa saja, padahal sebenarnya sudah pernah bahkan sering berzina. Ironisnya banyak orang menganggap
hal itu tidak tabu lagi. Berzina bukan saja hal yang ehem-ehem saja.
Ada zina-zina ringan, zina mata, zina pegangan tangan, lidah, zina telinga, zina keluar rumah dengan yang bukan mahram dll. Tapi sebab hal ringan itu lah, jika dikumpulkan akan yang akan menjadi zina berat.
Ayah Gadis : hmm. Kamu ini begitu pelik dan memperumit saja. Beruntung kamu bukan orang lain. Kalau orang lain, sudah dari tadi saya angkat parang. Begini nak, Tapi kalau tidak ada uang, bagaimana kamu akan memberi dia makan??
Pemuda : Bapak. lupakah Bapak dengan apa yang telah Allah pesankan pada kita.
Patut dipahami …
Allah memberi rizki tanpa ada kesulitan dan sama sekali tidak terbebani. Ath Thohawi rahimahullah dalam matan kitab aqidahnya berkata, “Allah itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani.” Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga. Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,
Dalam hadits dikatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Apakah kita tak yakin dengan apa yang Allah janjikan. Bapak dan Ibu juga pernah muda.
Masalah datangnya harta, selagi kita terus berusaha/ikhtiar + berdoa itu adalah Rahmat-Nya yang sudah ditakdirkan pada tiap-tiap hamba-Nya.
lagipula pak, kalau untuk kebutuhan makan dan minum itu Inshaa Allah, saya sanggup untuk memberikannya. Tempat tinggal bisa kita bicarakan lagi, bisa dirumah orangtua saya atau kita mengontrak dulu, jika Allah memberikan rezekinya pada kami, saya usahakan untuk membeli tanah/rumah.
Kalau hal ini bisa menghalangi kami dari melakukan dosa dan sia-sia. Apakah tidak lebih baik disegerakan. Bapak pun tak mau hal-hal tak tidak diinginkan terjadi.
Bapak si Gadis Diam tanpa kata, merenungi kata - kata si pemuda, berusaha memikirkan cara untuk mematahkan kata-kata si Pemuda.
Dan ayah si gadis pun mendapat akal.
Ayah Gadis : kamu tahu lah zaman sekarang ni. Kalau mengikuti cara kamu itu. Mungkin kamu tidak suka dengan acara persandingan yang mewah, Bapak bisa terima.
Tapi kamu apa bisa menerima apa yang akan orang-orang/tetangga katakan. Orang akan mengatakan anak aku ‘kecelakaan’ dan terpaksa menikah dengan
kamu. Mau ditaruh dimana muka ini.
Pemuda : bagus juga pikiran bapak itu. Kalau 'kecelakaan' saya akan berpikir lagi untuk menikahi anak bapak.
Karena akan selamanya menjadi haram, orang yang zina tidak akan pernah menjadi halal sekalipun dengan pernikahan, kecuali dengan taubat dan izin Allah mengampuni jika mereka memperbaiki diri dengan taubat nasuha. Kalau bapak memaksa ya sudah. Bisa ikut nikah masal kan bagus juga bisa berhemat tapi tetap ramai.
Ayah Gadis : serius lah nak!
Pemuda : begini pak, sekali lagi rasanya tidak perlu membayar puluhan juta dan mahar yang berlebihan sehingga memaksa diluar kemampuan. Tapi saya tak mengatakan tidak
ada walimatul urus. Sedang walimatul urus itu tetap perlu dan disesuaikan dengan kemampuan. itu cara islam.
Saya bukan hendak macam-macam dengan bapak. Syariat memang seperti itu. Maha baiknya Allah sebab masih menjaga kita selama ini, tapi hal sepele seperti ini pun kita masih memandang ringan dan kita tak percaya dengan apa yang telah Allah janjikan.
Saya benar-benar minta maaf kalau ada kata-kata saya yang membuat bapak tidak senang terhadap saya.
Tidak juga bermaksud tidak takdzim dengan bapak dan ibu. Segalanya kita serahkan pada Allah, kita hanya bisa merencanakan saja.
Azan dzuhur berkumandang, jaraknya tidak sampai 10 rumah dengan rumah si gadis. Si pemuda memohon untuk ke surau dan mengajak bapak si untuk pergi bersama. Namun ajakan ditolak dengan lembut. Lantas sang pemuda memberi salam dan memohon
untuk keluar.
Di pinggir jendela tua si gadis melihat si pemuda mengeluarkan kopiah dari sakunya dan segera di pakainya. Lalu masuk motor dan hilang dari penglihatan si gadis tadi.
Sedang si gadis yang sedari tadi berdiri di balik tirai bersama ibunya meneteskan air mata
mendengar curahan kata-kata si pemuda terhadap ayahnya. Kerudung lebar pemberian si pemuda sebagai
hadiah padanya yang lalu digenggam erat. Ibu si gadis juga meneteskan air mata melihat pada perilaku anaknya.
Segera ibu dan si gadis ke ruang tamu
menghadap ayahnya.
Ibu Gadis : Ayah..
apa yang anak itu katakan benar. Kita ini tak pernah memperhatikan syariat-syariat
ringan agama selama ini. Terlalu melihat dunia, adat dan apa kata orang/tetangga.
Padahal mereka tak pernah ikut membayar cicilan hutang kita apalagi peduli pada kita saat kita susah keuangan.
Ayah Gadis : hmm.. entahlah, ayah tak tahu. Begitu keras yang anak itu katakan tadi. Dia berpesan tadi, kamu suruh bersiap, lalu setelah dzuhur dia jemput kamu.
Gadis : sudah tidak ada semangat untuk pergi ayah. Kemudian si gadis menggapai telepon
genggamnya dan mengetik pesan.
Si Pemuda yang selesai mengambil wudhu tersenyum saat membaca pesan yang baru saja diterima dari si gadis,
“Andai Allah telah memilihkan dirimu untukku,
aku ridho dan akan terus bersama mu, apapun yang ada pada dirimu dan yang kamu miliki,
aku juga akan terus pada agama yang ada padamu.
Siang ini ga ada mood untuk keluar, maaf. Minggu depan ayah menyuruh kirim rombongan (lamaran) untuk ke rumah.“
***
Terkadang kisah seperti diatas masih saja sering terjadi saat ini..
Tidak diizinkan sang anak hanya karena harta yang dipunya didunia tanpa melihat akhlak, perilaku dan bagaimana ibadahnya dan juga mengenai kehidupan di akhirat kelak..
tak peduli apakah sang anak menjadi gelandangan di akhirat..
Terkadang masih ada orangtua/adat yg menuntut mahar tinggi puluhan juta, bahkan ratusan juta kepada pihak lelaki/pria
pesta mewah, meskipun tak sedikit rela berhutang sana-sini hingga ke bank, menggadaikan sertifikat ini itu
yg pada akhirnya membuat tidak enak tidur, sengsara kehidupan setelah menikah/pesta selesai
karena harus melunasinya dalam tempo tahun tertentu..
bahkan tak sedikit pula sang pria mundur karena beratnya mahar yg harus dipenuhi..
dan lebih memilih mencari wanita yg lebih sederhana dan taat beragama..
Tak heran banyak anak-anak muda yg pacaran..
berzina kecil-kecilan..
hingga yg besar..
menikah yg dicontohkan Nabi adalah yg sederhana,.
tidak bermegah-megahan..
harus didasari suka satu sama lain, mengerti dan mengamalkan agama islam dengan baik hubungan antar manusia maupun hubungan dengan Alloh
karena beliau tidak suka dengan bermegah-megahan dengan harta..
karena setiap harta akan menjadi beban timbangan di akhirat kelak untuk dimintai pertanggung jawabannya
darimana didapat, untuk apa digunakan..
tentunya hal tersebut akan memberatkan timbangan ke kiri jika kita tidak mampu berbagi reseki yg ALLOH berikan
Menikah adalah niat beribadah karena Allah
bukan hanya pemuas nafsu semata..
jika seseorang mencintai sejati pasangan menikahnya
maka ia ingin kelak hidup kembali bersama di surga
dan tidak mungkin mau melanggar perintah-Nya karena bisa jadi anggota keluarganya kelak kekal berada di neraka..
Tak heran, banyak orangtua yg membiarkan anaknya berzina (baca: pacaran)
membiarkan/mengizinkan sang lelaki membawa putri tercintanya kesana kemari
karena sang lelaki memiliki kelebihan harta/uang
tanpa memikirkan bagaimana bacaan qurannya, bagaimana akhlaknya..
bagaimana solatnya apakah masih bolong,
seminggu sekali saat hari ju,'at.. atau bahkan setahun hanya dua kali setahun (Hanya Idul Fitri dan Idul Adha),,
atau bahkan tidak pernah sama sekali..
sang orangtua anak wanita tersebut lupa bahwa kelak ia akan diminta peranggung jawabannya di akhirat..
kenapa ia membiarkan izin putrinya untuk berzina (baca: pacaran)
Tanpa disadari sebenarnya, si bapak ini telah mendzolimi putrinya dengan mengizinkan pacaran/berhubungan putrinya dengan seorang laki-laki yg bukan mahramnya atau meninggikan maharnya.
Dan Allah kelak akan memintai pertanggung jawaban atas perbuatan yang telah dilakukannya kepada putrinya.
Wallahu a'lam
Meskipun sebenarnya kita sebagai lelaki memiliki uang untuk hal tersebut,
tapi alangkah baik jika kita meengajarkan sesuai yg dicontohokan Nabi Muhammad SAW
dengan pernikahan yg sederhana dan layak
uang yg seharusnya untuk pernikahan mewah tersebut bisa untuk disedekahkan pada anak yatim, fakir misiki, atau untuk tabungan + membeli perlengkapan rumah tangga kelak
Dosa / "zina itu gratis" bayarnya belakangan (di akhirat)
sama kaya pinjem uang..
senengnya sesaat,
seudah itu kita harus membayar cicilannya..
Islam ga pernah mempersulit hambanya yg ingin menikah .
tapi terkadang kitalah yg mempersulitnya
Jika Anda adalah seorang orangtua..
Perhatikanlah bagaimana ibadahnya, perilakunya, akhlaknya dilingkungan sekitar..
tanyakan pada tetangga terdekatnya (jangan sampai ia tau)
Tanyakan pada imam masjid disekitar rumahnya apakah sang pria yg melamar, minimal rajin sholat shubuh & isya berjamaah di masjid..
Hal-hal tersebut bisa menjadi penilaian tambahan bagi Anda sebagai orangtua
Jika kamu seorang pria dan sudah memiliki pekerjaan , ilmu agama & ilmu mendidik keluarga+anak..
juga Kewajiban orangtuamu sudah terpenuhi..
maka..
Semoga kelak kita dipertemukan dengan jodoh kita..
yg bergaya hidup sederhana, taat beribadah, dan nyaman & sejuk dipandang...
serta calon mertua yg tidak memberatkan maharnya,..
dan jangan lupa kita sebagai lelaki harus BERTANGGUNG JAWAB juga bekerja keras menafkahinya+anak yg kelak dimiliki..
tidak dengan malas-malasan..
juga membahagiakannya dengan cara+jalan halal,
dan jangan biarkan sampai ia memakan/mengenakan sesuatu yg bukan haknya/haram..
Aamiin..
Later on … Trust in the promise of Allah Azza Wa Jalla!
Believe and always believe.
Menikah itu bukan perlombaan,
yang dinilai dari seberapa cepat mendapatkan jodh/pasangan.
Menikah itu bukan permainan.
yang dipermainkan lalu ditinggalkan.
Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !
sang gadis adalah seseorang yg telah disukainya sejak lama..
Setibanya pemuda di rumah orang tua sang gadis untuk menjemputnya.
Gadis: Masuk dulu yaaa, bertemu sama ayah
Pemuda : Boleh kah?
Gadis: Masuk saja, saya bersiap-siap dulu.
Masuklah sang pemuda melalui pintu utama. Pintu yang siap terbuka mengelu-elukan
kedatangan si pemuda.
Pemuda : Assalamualaikum.
Ayah Gadis : waalaikumussalam!
Mendengar lantangnya suara Ayah si gadis, hati si pemuda kaku membatu.
Lantas si gadis menyadarkan pemuda dari lamunan itu. Entah apa yang dipikirkannya.
Gadis : Mari, silahkan duduk
Pemuda : eh.,iyaa
Setelah mengucapkan salam dan berjabat tangan, duduklah si Pemuda di kursi yang hampir menghadap Ayah si gadis. Hanya koran yang menjadi ‘sitroh’ antara mereka.
Ayah Gadis : hendak jalan kemana hari ini?
Pemuda : ke Kota saja Pak, katanya dia mau mencari barang katanya. entah barang apa saya tidak tahu.
Ayah Gadis : oh..
Pemuda : . . .
Hampir 5 menit suasana senyap dan hening tanpa suara.
Dan ibu si gadis keluar dari ruang belakang membawa air dan kue kering untuk dihidangkan
Si Pemuda pun tersenyum manis.
Ibu Gadis : Silahkan diminum dulu nak. Kamu sudah sarapan?
Pemuda : eh, Sudah Bu. Terima kasih.
Ibu Gadis : kamu ini malu-malu segala dengan kami.
Pemuda : saya hanya segan Bu. Hehe
Ayah Gadis : kapan kamu mau mengirim rombongan (lamaran)?
Ibu Gadis : eh, ayah ini?
Pemuda : hmm. Saya belum memiliki banyak uang tabungan Pak. Hehe
Ayah Gadis : kamu bawa anak kami kesana-kemari. Apa orang kata nanti?
Pemuda: (sebenarnya Malu dengan orang lain, serta malu dengan Allah). Setiap kami pergi kami selalu naik mobil Pak, tidak pernah berdekatan apalagi sampai bergandeng tangan.
Oh iya, bisa saya tanya sedikit Pak?
Ayah Gadis : tentu saja, silahkan!
Pemuda : bapak dan ibu ingin saya
menyediakan uang berapa untuk lamaran ini?
Ibu Gadis : kalau bisa Rp.50.000.000,-
Ayah Gadis : ehh, tapiiiiii...
kalau bisa lebih besar dari orang sebelah yang naksir juga sama gadis, kelihatannya dia.
Pemuda : Maaf, Berapa itu yaa Bu?
Ayah Gadis : Rp.100.000.000,- syukur-syukur kalau bisa lebih..
Pemuda : ( dalam hati.. Ya Allah, whhooa.. Rp.50.000.000,- darimana saya dapat uang sebanyak itu, aduh)
Besar sekali Pak, apakah tidak bisa lebih sedikit, kita buat acara sederhana saja. Cukup mengundang keluarga, saudara, teman dan tetangga dekat, dan acara yg layak untuk memberitahukan pada masyarakat bahwa kita sudah resmi menikah agar tidak ada fitnah di tetangga?. Apa bapak tidak kasihan pada saya dan anak bapak? Lebih baik kita adakan undangan yang umum lebih baik lagi sederana, Uangnya bisa kami gunakan untuk membeli tanah/rumah atau biay anak kami kelak jika bapak mengizinkan saya menikahinya
Ayah Gadis : itu sudah nasib kamu nak, Terlebih anak kami kan seorang sarjana, dokter
kamu yang akan menikahi anak kami..
Lagipula dialah anak perempuan kesayangan kami.
Si Pemuda pun hanya bisa menghela nafas dalam sambil termenung.. ketika disebutkan ‘harga’ si gadis itu.
Dan si Pemuda mencoba kembali berdiskusi dengan orang tua gadis pujaan hatinya.
Pemuda : Boleh saya bertanya lagi, maaf kalau kurang sopan dan tidak berkenan dihati..
apakah anak bapak pandai memasak? sering membantu ibunya mencuci piring ? suka mengepel lantai atau bersih-bersih rumah setelah shubuh?
Ayah Gadis : hmm,.boro-boro. Tidurnya aja larut malam / Bangun tidur saja jam 8 lebih, bukan bangun pagi lagi itu. Habis bangun terus langsung makan/sarapan.
Ibu Gadis : Apa sih ayahnya ini, anaknya mau dijadikan istri, dia malah cerita yang jelek-jelek.
Ayah Gadis : Ibunya pun sama suka terlambat bangun juga.
Ibu Gadis : ih ayah ini!
Pemuda: (hanya terdiam mendengarkan penjelasan ayahnya) Ehh.. iya cukup pak,
sekarang saya sudah tau. Kalau boleh bertanya lagi, bisa kah dia membaca Qur’an?
Ibu Gadis: bisa sedikit-sedikit kok
Pemuda : belajar dengan maknanya?
Ibu Gadis : mungkin.
Pemuda : hmm.
Ibu Gadis : kenapa?
Pemuda : Oh, tidak apa - apa bu. Pertanyaan terakhir, apakah dia rajin sholat?
Ayah Gadis : Apa maksud kamu tanya semua ini !? Dia kan dekat dengan kamu. Harusnya kamu juga tahu.
Pemuda : Setiap sedang diluar dan saya ajak sholat, dia selalu bilang sedang datang bulan. Sedikit - sedikit datang bulan. Saya jadi bingung, sebenarnya dia bisa sholat atau tidak.
Ayah dan Ibunya begitu kaget. Dan pada wajahnya begitu kemerahan menahan amarah.
Pemuda : Boleh saya sambung lagi. Dia tak bisa masak, tak bisa sholat, tak bisa mengaji, tak bisa menutup aurat dengan baik. Sebelum dia menjadi istri saya, dosa-dosanya juga akan menjadi tanggung jawab dosa bapak dan ibu. Lagipula tak
pantas rasanya dia dihargai Rp.50.000.000,-.
Kecuali dia hafidz Qur’an 30 juz dalam kepala,perilaku & akhlaknya baik, pandai menjaga aurat, diri, dan batasan-batasan agamanya. Barulah dengan mahar Rp.100.000.000,-pun saya
inshaa allah usahakan untuk membayar.
jika bapak mengizinkan saya menikahinya,
inshaa allah saya akan membuatnya menjadi pribadi yg lebih baik lagi dari saat ini..
Tapi jika segala sesuatunya tidak harus
dibayar mahal mengapa harus dipaksakan untuk dibayar mahal ?
Seperti halnya mahar. Sebab sebaik-baik pernikahan adalah serendah-rendah mahar.
Dari Aisyah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda berkah perempuan adalah mudah dilamar, murah maharnya, dan murah rahimnya.” (HR. Ahmad)
Mata ayah si gadis direnung tajam oleh mata ibu si gadis. Keduanya diam tanpa suara.
Sekarang ketiganya menundukkan kepala. Memang sebagian adat menjadikan anak perempuan untuk dijadikan objek pemuas hati dan duniawi dengan
menunjukkan kekayaan dan bermegah-megah dengan apa yang ada, terutama pada pernikahan. Adat budaya mengalahkan masalah agama. Para orang tua membiarkan bahkan menginginkan anak perempuan dihias dan dibuat pertunjukkan di muka umum.
Sedangkan pada saat akad telah dilafadz oleh suami, segala dosa anak perempuan sudah mulai menjadi tanggung jawab suami dan kelak akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat
Ayah Gadis : tapi kan, ayah hanya ingin anak ayah merasakan sedikit kemewahan. Hal seperti tu kan hanya terjadi sekali seumur hidup.
Pemuda : Bapak ingin anak bapak merasakan kemewahan?
Ibu Gadis : tentulah kami berdua pun turut gembira.
Pemuda : sungguh demikian ? boleh saya sambung lagi? bapak, ibu..
saya bukanlah siapa - siapa sekarang ini. Sekarang dosa anak Bapak, Bapak juga yang kelak akan diminta pertanggung jawabnya. Esok lusa setelah akad nikah saya ucapkan, terus dosa dia saya kelak akan diminta pertanggung jawabnya.
Belum lagi pasti bapak dan ibu ingin kami bersanding lama di pelaminan yang megah, anak Ibu dirias dengan riasan secantik-cantiknya dengan make up dan baju paling mahal, di
hadapan ratusan undangan agar kami terlihat mewah pula. Salain setiap mata yang memandang kami akan mendapat dosa. Apakah begitu penting hal tersebut jika dalam kehidupan sehari-hari kita malah berusaha untuk hidup sesederhana mungkin tanpa berlebih-lebihan.
Ibu si gadis segera mengambil langkah mudah dengan menarik diri dari pembicaraan itu. Si ibu tahu, si pemuda berbicara menggunakan fakta islam. Dan tidak mungkin ibu si gadis dapat melawan kata si pemuda itu.
Ayah Gadis : Kamu mau berbicara mengajari masalah agama di depan kami?
Pemuda : ehh.sekali lagi mohon maaf pak. Bukan saya hendak berbicara / mengajari masalah agama. Tapi itulah hakikat. Terkadang kita terlalu memandang pada adat sampai agama / ketentuan Allah berada dibawahnya.
Ayah Gadis : sudah lah. Kamu sediakan saja Rp.50.000.000,- kemudian kita bicarakan lebih lanjut. Kalau tidak ada, kamu tak bisa menikahi anak ku!
Pemuda : Semakin lama lah hal itu. Mungkin di umur saya sekitar 30 atau lebih, saya baru bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dan bisa masuk meminang anak bapak.
Baiklah, .kalau memang bapak berharap tetap demikian, maka ’izinkan saya berzina dengan anak bapak’?
Ayah Gadis : hei! Kamu sudah berlebihan!, kamu jaga baik-baik omongan kamu itu.
Pemuda : mohon dengar dulu penjelasan saya pak. Saya akan ajak di berzina "pacaran"
Apa bapak tahu alasan orang berzina dan banyak orang memiliki anak di luar nikah? Sebab salah satunya hal seperti ini lah pak.
Selalu saja orang tua perempuan menempatkan puluhan juta rupiah untuk mahar, harus menunggu si pria mempunyai pekerjaan dengan gaji begitu tinggi, sampai pihak pria terpaksa menunda keinginan untuk
menikah. Tetapi cinta dan nafsu kalau tidak diwadahi dengan baik, setan yang jadi pihak ketiga untuk menyesatkan manusia.
Terlebih di zaman seperti ini yang cobaan dan kondisinya oleh berbagai media tidak seperti zaman bapak dan ibu dulu. Akhirnya mereka mengambil jalan pintas. Jika ia tidak kuat iman, maka perzinahaan hal yang dianggap biasa.
memuaskan nafsu serakah dengan berzina. Pertama memang hal yang ringan-ringan dulu pak, pegang-pegangan tangan, saling memeluk, dan sebagainya. Tapi semakin lama akan menjadi hal berat. Yang berat-berat itu bapak sendiri pun bisa membayangkan.
Ayah Gadis : lantas apa kaitan kamu dengan hendak berzina pula !?
Pemuda : Begini logikanya. Sepertinya yang terjadi dengan anak-anak lainnya. Bapak tidak memberi izin kami menikah sekarang, biar ada berpuluh juta uang dulu baru bisa menikah.
kami hendak melepaskan nafsu manusia bagaimana pak? setiap harinya kami mengenal lebih dekat dan semakin dewasa. Dia meminta saya menengoknya, semakin cinta
saling melepas rasa rindu. Susah pak, itu Nafsu alami yang diberikan kepada manusia. Sebab itu saya dengan rendah hati meminta izin pada
bapak untuk berzina dengan anak bapak. Terlepas apakah yang penting bapak tahu saya dan dia hendak berzina. Sebab rata-rata orang
yang berzina itu orang tua tidak tau pak, tidak.
Kelihatannya pemuda -pemudi zaman sekarang biasa-biasa saja, padahal sebenarnya sudah pernah bahkan sering berzina. Ironisnya banyak orang menganggap
hal itu tidak tabu lagi. Berzina bukan saja hal yang ehem-ehem saja.
Ada zina-zina ringan, zina mata, zina pegangan tangan, lidah, zina telinga, zina keluar rumah dengan yang bukan mahram dll. Tapi sebab hal ringan itu lah, jika dikumpulkan akan yang akan menjadi zina berat.
Ayah Gadis : hmm. Kamu ini begitu pelik dan memperumit saja. Beruntung kamu bukan orang lain. Kalau orang lain, sudah dari tadi saya angkat parang. Begini nak, Tapi kalau tidak ada uang, bagaimana kamu akan memberi dia makan??
Pemuda : Bapak. lupakah Bapak dengan apa yang telah Allah pesankan pada kita.
وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(QS. An Nuur: 32).
Patut dipahami …
Allah memberi rizki tanpa ada kesulitan dan sama sekali tidak terbebani. Ath Thohawi rahimahullah dalam matan kitab aqidahnya berkata, “Allah itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani.” Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga. Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,
Dalam hadits dikatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« إِنَّ اللَّهَ قَالَ لِى أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ ». وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَمِينُ اللَّهِ مَلأَى لاَ يَغِيضُهَا سَحَّاءُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْفَقَ مُذْ خَلَقَ السَّمَاءَ وَالأَرْضَ فَإِنَّهُ لَمْ يَغِضْ مَا فِى يَمِينِهِ »
“Allah Ta’ala berfirman padaku, ‘Berinfaklah kamu, niscaya Aku akan berinfak (memberikan ganti) kepadamu.’ Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pemberian Allah selalu cukup, dan tidak pernah berkurang walaupun mengalir siang dan malam. Adakah terpikir olehmu, sudah berapa banyakkah yang diberikan Allah sejak terciptanya langit dan bumi? Sesungguhnya apa yang ada di Tangan Allah tidak pernah berkurang karenanya.” (HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993).يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al Ghifari). Mengenai hadits ini, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini memotivasi setiap makhluk untuk meminta pada Allah dan meminta segala kebutuhan pada-Nya.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 48) Apakah kita tak yakin dengan apa yang Allah janjikan. Bapak dan Ibu juga pernah muda.
Masalah datangnya harta, selagi kita terus berusaha/ikhtiar + berdoa itu adalah Rahmat-Nya yang sudah ditakdirkan pada tiap-tiap hamba-Nya.
lagipula pak, kalau untuk kebutuhan makan dan minum itu Inshaa Allah, saya sanggup untuk memberikannya. Tempat tinggal bisa kita bicarakan lagi, bisa dirumah orangtua saya atau kita mengontrak dulu, jika Allah memberikan rezekinya pada kami, saya usahakan untuk membeli tanah/rumah.
Kalau hal ini bisa menghalangi kami dari melakukan dosa dan sia-sia. Apakah tidak lebih baik disegerakan. Bapak pun tak mau hal-hal tak tidak diinginkan terjadi.
Bapak si Gadis Diam tanpa kata, merenungi kata - kata si pemuda, berusaha memikirkan cara untuk mematahkan kata-kata si Pemuda.
Dan ayah si gadis pun mendapat akal.
Ayah Gadis : kamu tahu lah zaman sekarang ni. Kalau mengikuti cara kamu itu. Mungkin kamu tidak suka dengan acara persandingan yang mewah, Bapak bisa terima.
Tapi kamu apa bisa menerima apa yang akan orang-orang/tetangga katakan. Orang akan mengatakan anak aku ‘kecelakaan’ dan terpaksa menikah dengan
kamu. Mau ditaruh dimana muka ini.
Pemuda : bagus juga pikiran bapak itu. Kalau 'kecelakaan' saya akan berpikir lagi untuk menikahi anak bapak.
Karena akan selamanya menjadi haram, orang yang zina tidak akan pernah menjadi halal sekalipun dengan pernikahan, kecuali dengan taubat dan izin Allah mengampuni jika mereka memperbaiki diri dengan taubat nasuha. Kalau bapak memaksa ya sudah. Bisa ikut nikah masal kan bagus juga bisa berhemat tapi tetap ramai.
Ayah Gadis : serius lah nak!
Pemuda : begini pak, sekali lagi rasanya tidak perlu membayar puluhan juta dan mahar yang berlebihan sehingga memaksa diluar kemampuan. Tapi saya tak mengatakan tidak
ada walimatul urus. Sedang walimatul urus itu tetap perlu dan disesuaikan dengan kemampuan. itu cara islam.
Saya bukan hendak macam-macam dengan bapak. Syariat memang seperti itu. Maha baiknya Allah sebab masih menjaga kita selama ini, tapi hal sepele seperti ini pun kita masih memandang ringan dan kita tak percaya dengan apa yang telah Allah janjikan.
Saya benar-benar minta maaf kalau ada kata-kata saya yang membuat bapak tidak senang terhadap saya.
Tidak juga bermaksud tidak takdzim dengan bapak dan ibu. Segalanya kita serahkan pada Allah, kita hanya bisa merencanakan saja.
Azan dzuhur berkumandang, jaraknya tidak sampai 10 rumah dengan rumah si gadis. Si pemuda memohon untuk ke surau dan mengajak bapak si untuk pergi bersama. Namun ajakan ditolak dengan lembut. Lantas sang pemuda memberi salam dan memohon
untuk keluar.
Di pinggir jendela tua si gadis melihat si pemuda mengeluarkan kopiah dari sakunya dan segera di pakainya. Lalu masuk motor dan hilang dari penglihatan si gadis tadi.
Sedang si gadis yang sedari tadi berdiri di balik tirai bersama ibunya meneteskan air mata
mendengar curahan kata-kata si pemuda terhadap ayahnya. Kerudung lebar pemberian si pemuda sebagai
hadiah padanya yang lalu digenggam erat. Ibu si gadis juga meneteskan air mata melihat pada perilaku anaknya.
Segera ibu dan si gadis ke ruang tamu
menghadap ayahnya.
Ibu Gadis : Ayah..
apa yang anak itu katakan benar. Kita ini tak pernah memperhatikan syariat-syariat
ringan agama selama ini. Terlalu melihat dunia, adat dan apa kata orang/tetangga.
Padahal mereka tak pernah ikut membayar cicilan hutang kita apalagi peduli pada kita saat kita susah keuangan.
Ayah Gadis : hmm.. entahlah, ayah tak tahu. Begitu keras yang anak itu katakan tadi. Dia berpesan tadi, kamu suruh bersiap, lalu setelah dzuhur dia jemput kamu.
Gadis : sudah tidak ada semangat untuk pergi ayah. Kemudian si gadis menggapai telepon
genggamnya dan mengetik pesan.
Si Pemuda yang selesai mengambil wudhu tersenyum saat membaca pesan yang baru saja diterima dari si gadis,
“Andai Allah telah memilihkan dirimu untukku,
aku ridho dan akan terus bersama mu, apapun yang ada pada dirimu dan yang kamu miliki,
aku juga akan terus pada agama yang ada padamu.
Siang ini ga ada mood untuk keluar, maaf. Minggu depan ayah menyuruh kirim rombongan (lamaran) untuk ke rumah.“
***
Terkadang kisah seperti diatas masih saja sering terjadi saat ini..
Tidak diizinkan sang anak hanya karena harta yang dipunya didunia tanpa melihat akhlak, perilaku dan bagaimana ibadahnya dan juga mengenai kehidupan di akhirat kelak..
tak peduli apakah sang anak menjadi gelandangan di akhirat..
Terkadang masih ada orangtua/adat yg menuntut mahar tinggi puluhan juta, bahkan ratusan juta kepada pihak lelaki/pria
pesta mewah, meskipun tak sedikit rela berhutang sana-sini hingga ke bank, menggadaikan sertifikat ini itu
yg pada akhirnya membuat tidak enak tidur, sengsara kehidupan setelah menikah/pesta selesai
karena harus melunasinya dalam tempo tahun tertentu..
bahkan tak sedikit pula sang pria mundur karena beratnya mahar yg harus dipenuhi..
dan lebih memilih mencari wanita yg lebih sederhana dan taat beragama..
Tak heran banyak anak-anak muda yg pacaran..
berzina kecil-kecilan..
hingga yg besar..
menikah yg dicontohkan Nabi adalah yg sederhana,.
tidak bermegah-megahan..
harus didasari suka satu sama lain, mengerti dan mengamalkan agama islam dengan baik hubungan antar manusia maupun hubungan dengan Alloh
karena beliau tidak suka dengan bermegah-megahan dengan harta..
karena setiap harta akan menjadi beban timbangan di akhirat kelak untuk dimintai pertanggung jawabannya
darimana didapat, untuk apa digunakan..
tentunya hal tersebut akan memberatkan timbangan ke kiri jika kita tidak mampu berbagi reseki yg ALLOH berikan
Menikah adalah niat beribadah karena Allah
bukan hanya pemuas nafsu semata..
jika seseorang mencintai sejati pasangan menikahnya
maka ia ingin kelak hidup kembali bersama di surga
dan tidak mungkin mau melanggar perintah-Nya karena bisa jadi anggota keluarganya kelak kekal berada di neraka..
Tak heran, banyak orangtua yg membiarkan anaknya berzina (baca: pacaran)
membiarkan/mengizinkan sang lelaki membawa putri tercintanya kesana kemari
karena sang lelaki memiliki kelebihan harta/uang
tanpa memikirkan bagaimana bacaan qurannya, bagaimana akhlaknya..
bagaimana solatnya apakah masih bolong,
seminggu sekali saat hari ju,'at.. atau bahkan setahun hanya dua kali setahun (Hanya Idul Fitri dan Idul Adha),,
atau bahkan tidak pernah sama sekali..
sang orangtua anak wanita tersebut lupa bahwa kelak ia akan diminta peranggung jawabannya di akhirat..
kenapa ia membiarkan izin putrinya untuk berzina (baca: pacaran)
Tanpa disadari sebenarnya, si bapak ini telah mendzolimi putrinya dengan mengizinkan pacaran/berhubungan putrinya dengan seorang laki-laki yg bukan mahramnya atau meninggikan maharnya.
Dan Allah kelak akan memintai pertanggung jawaban atas perbuatan yang telah dilakukannya kepada putrinya.
Allah Ta'ala berfirman:
“Hari dimana tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak. Kecuali mereka yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara: 88-89).
Wallahu a'lam
Meskipun sebenarnya kita sebagai lelaki memiliki uang untuk hal tersebut,
tapi alangkah baik jika kita meengajarkan sesuai yg dicontohokan Nabi Muhammad SAW
dengan pernikahan yg sederhana dan layak
uang yg seharusnya untuk pernikahan mewah tersebut bisa untuk disedekahkan pada anak yatim, fakir misiki, atau untuk tabungan + membeli perlengkapan rumah tangga kelak
Dosa / "zina itu gratis" bayarnya belakangan (di akhirat)
sama kaya pinjem uang..
senengnya sesaat,
seudah itu kita harus membayar cicilannya..
Islam ga pernah mempersulit hambanya yg ingin menikah .
tapi terkadang kitalah yg mempersulitnya
“Lazimnya, seseorang mengawini seorang wanita karena empat alasan: karena kekayaannya; karena martabat keluarganya; karena kecantikannya dan karena kesalehannya.
Lebih baik pilihlah ia karena kesalehannya.
Semoga engkau tetap rendah hati.”
(H.R. Bukhari)
“Seburuk-buruk makanan ialah makanan (pernikahan) walimah di mana yang diundang hanyalah orang-orang kaya saja
sementara orang-orang yang miskin tidak diundang.
Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangan,
maka berarti ia telah berbuat durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.”
(Shahih Muslim No. 2585).
Jika Anda adalah seorang orangtua..
Perhatikanlah bagaimana ibadahnya, perilakunya, akhlaknya dilingkungan sekitar..
tanyakan pada tetangga terdekatnya (jangan sampai ia tau)
Tanyakan pada imam masjid disekitar rumahnya apakah sang pria yg melamar, minimal rajin sholat shubuh & isya berjamaah di masjid..
Hal-hal tersebut bisa menjadi penilaian tambahan bagi Anda sebagai orangtua
Jika kamu seorang pria dan sudah memiliki pekerjaan , ilmu agama & ilmu mendidik keluarga+anak..
juga Kewajiban orangtuamu sudah terpenuhi..
maka..
Semoga kelak kita dipertemukan dengan jodoh kita..
yg bergaya hidup sederhana, taat beribadah, dan nyaman & sejuk dipandang...
serta calon mertua yg tidak memberatkan maharnya,..
dan jangan lupa kita sebagai lelaki harus BERTANGGUNG JAWAB juga bekerja keras menafkahinya+anak yg kelak dimiliki..
tidak dengan malas-malasan..
juga membahagiakannya dengan cara+jalan halal,
dan jangan biarkan sampai ia memakan/mengenakan sesuatu yg bukan haknya/haram..
Aamiin..
Later on … Trust in the promise of Allah Azza Wa Jalla!
Believe and always believe.
7 LELAKI YANG MESTI DIABAIKAN
1. Lelaki yang mencuri perhatianmu. Tapi nggak berani
mencuri hati orang tuamu.
2. Lelaki yang berani mengatakan "I love you". Tapi kaku mengatakan "I will marry you!"
3. Lelaki yang fasih mengatakan "cinta" tapi gagu dan terbata-bata melafadzkan "ayat-ayat cintaNya"
4. Lelaki yang suka memberikan harapan. Tapi nggak pernah memberikan kepastian.
5. Lelaki yang suka umbar janji. Tapi nggak pernah memberikan bukti
6. Lelaki yang terlihat soleh padahal salah. Yang terlihat
'alim padahal zalim.
7. Lelaki egois yang serba ingin dipahami dan dimaklumi. Tanpa pernah memahami dan memaklumi.
“Semoga para wanita shalihah
diperjodohkan dengan lelaki yang shaleh, yang tidak hanya manis
ucapannya, tetapi manis pula akhlaqnya.”
Menikah itu bukan perlombaan,
yang dinilai dari seberapa cepat mendapatkan jodh/pasangan.
Menikah itu bukan permainan.
yang dipermainkan lalu ditinggalkan.
Menikah itu bukan ajang adu gengsi.
yang dinilai dari seberapa besar mahar.
Menikah itu bukan akhir dari perjuangan,
tapi justru awal dari proses pendewasaan.
Menikah itu bukan masalah seberapa mewah
tapi tentang seberapa berkah.
Menikah itu ibadah,
menikah itu indah,
menikah itu berkah.
menikah itu untuk mencapai jannah
yang dinilai dari seberapa besar mahar.
Menikah itu bukan akhir dari perjuangan,
tapi justru awal dari proses pendewasaan.
Menikah itu bukan masalah seberapa mewah
tapi tentang seberapa berkah.
Menikah itu ibadah,
menikah itu indah,
menikah itu berkah.
menikah itu untuk mencapai jannah
"Lelaki Tampan Hati Buat Para Muslimah Adalah"
Dia bangun pada waktu "SUBUH" berjalan ke masjid untuk bersujud kepada ALLAH..
Dia melapangkan waktu kerjanya untuk bersujud pada ALLAH pada waktu "ZUHUR"..
Dia tahan kepenatannya semata-mata untuk bersujud pada ALLAH tatkala "ASHAR" menjelang..
Dia tinggalkan dunianya buat seketika dikala "MAGHRIB" tiba..
Dia menepati/tidak menunda waktu sholatnya apabila azan "ISYA" sudah berkumandang.
Lelaki yang tampan hatinya seperti ini menjadi idaman para wanita muslimah karena :
mereka adalah calon imam wanita mereka adalah calon pemimpin keluarga dan panutan bagi anak-anaknya kelak..
mereka adalah insan yg bakal dihormati dan ditaati isteri
mereka adalah individu yang bakal menunjukkan jalan ke syurga bagi keluarganya.
"Lelaki tampan hati adalah lelaki
sholeh,dambaan wanita solehah.
Semoga wanita yg membaca tulisan ini mendapatkan lelaki tampan hatinya...
Aamiin ya Rabbal'alamin.
Hadits dibawah menunjukan bahwa siksa neraka kelak akan belipat ganda perih/merintihnya anggota badan...
Mungkin sebanyak sentuhan kita entah bersalaman dengan lawan jenis yang sudah akil baligh & bukan mahram
sebanyak itulah tusukan besi kadar panas api neraka ke kepala kita..
Mungkin sebanyak sentuhan kita entah bersalaman dengan lawan jenis yang sudah akil baligh & bukan mahram
sebanyak itulah tusukan besi kadar panas api neraka ke kepala kita..
"Sesungguhnya kepala ditusuk dengan besi panas itu lebih baik
daripada memegang lelaki / perempuan bukan mahram."
(HR.Thabrani dan Baihaqi)