Sakit Parah, Anak 11 Tahun Ini Menolak Sumbangan dan Memilih Berjualan Madu


Ihsan, adalah nama anak berusia 11 tahun yang sedang mengidap diabetes parah. Dalam kondisi sakit, Ihsan pantang menyerah. Ia berjualan madu keliling kawasan Emerald Bintaro demi mendapat laba untuk berobat. Sakit yang dideritanya berusaha disembunyikan semampunya. Hanya ketika ia tak kuat saja, maka tongkat menjadi alat bantu untuk menyangga tubuhnya. - See more at: http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2016/03/23/42990/sakit-parah-anak-11-tahun-ini-menolak-sumbangan-dan-memilih-berjualan-madu/#sthash.CM0ezLO4.dpuf
Ihsan, adalah nama anak berusia 11 tahun yang sedang mengidap diabetes parah. Dalam kondisi sakit, Ihsan pantang menyerah. Ia berjualan madu keliling kawasan Emerald Bintaro demi mendapat laba untuk berobat. Sakit yang dideritanya berusaha disembunyikan semampunya. Hanya ketika ia tak kuat saja, maka tongkat menjadi alat bantu untuk menyangga tubuhnya. - See more at: http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2016/03/23/42990/sakit-parah-anak-11-tahun-ini-menolak-sumbangan-dan-memilih-berjualan-madu/#sthash.CM0ezLO4.dpuf
Ihsan, adalah nama anak berusia 11 tahun yang sedang mengidap diabetes parah. Dalam kondisi sakit, Ihsan pantang menyerah. Ia berjualan madu keliling kawasan Emerald Bintaro demi mendapat laba untuk berobat. Sakit yang dideritanya berusaha disembunyikan semampunya. Hanya ketika ia tak kuat saja, maka tongkat menjadi alat bantu untuk menyangga tubuhnya. - See more at: http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2016/03/23/42990/sakit-parah-anak-11-tahun-ini-menolak-sumbangan-dan-memilih-berjualan-madu/#sthash.CM0ezLO4.dpuf
Tolong Share -Ihsan yang anak berusia 11 tahun yang sedang mengidap diabetes parah. Dalam kondisi sakit, Ihsan pantang menyerah. Ia berjualan madu keliling kawasan Emerald Bintaro demi mendapat laba untuk berobat. Sakit yang dideritanya berusaha disembunyikan semampunya. Hanya ketika ia tak kuat saja, maka tongkat menjadi alat bantu untuk menyangga tubuhnya. 

Di Tulis Oleh Pak Taris

Jangan bosan dengar kisah HEBAT ini.
Tadi pagi saya meluncur ke kontrakan Ihsan dan keluarga. Mari dengar tuturan Ihsan Ali...

*********
Inilah ihsan..
Kata aduh pun tak pernah keluar dari lisannya..padahal sakit yang dideritanya begitu luar biasa.
Ihsan, untuk mengetahuinya dia sedang sakit parah adalah, saat dia sholat di rumah sambil duduk.
Ihsan bilang, orang yang ga bisa lihat saja mau ke Masjid, masa Ihsan ga bisa.
Semua tetangga mengerti, jika Ihsan tilawah sambil teriak, berarti ia sedang mengalami sakit yang hebat, pada akhirnya Ihsan pingsan.

Anak usia 11th ini, begitu kuat. Dia tetap sholat pada waktunya meski harus berjalan dengan tongkat.
Sakitnya terlalu keras untuk anak semuda Ihsan. Keprihatinan mulai mengalir dari berbagai arah. Tapi lihatlah apa yang Ihsan lakukan..dia menolak semua donasi untuknya. Dia ga mau pahala sakitnya berkurang karena donasi cuma2.

Yang Ihsan mau, dia dibantu dengan membeli madu jualannya, yang hasilnya sepenuhnya untuk membiayai pengobatannya.

Pernah Ihsan menjual madu sambil membawa tongkat di kawasan emerald Bintaro yang hasilnya utk berobat dirinya

Sambil terpincang2 kakinya, tangannya menenteng madu, dia menawarkan ke jamaah yang saat itu sedang ada tabligh.
"Madu madu, pak madu pak, bu madu bu"

Hasilnya jualannya sepenuhnya untuk pengobatan dirinya.
Ihsan begitu mandiri tidak ingin menyusahkan siapapun!

Pernah waktu hendak sholat,
Ihsan wudhu begitu lama, sampai abinya ga sabar menunggu Ihsan.
Akhirnya uminya melihat Ihsan di kamar mandi
Apa yang trjadi....
Ihsan sedang muntah2 darah, dan mencuci sendiri bajunya yang terkena darah. Tanpa ada lirih dari mulutnya agar dikasihani. Tanpa ada kata ADUH agar ditolong.

Kadang jam 2 malam Ihsan bangun, dia ke kamar mandi, memuntahkan mual diperut yang mengeluarkan darah, lalu kesesokan paginya, umi abinya baru menyadari bahwa Ihsan mencuci baju semalam.
Inilah Ihsan...

Lebih nyaman dirawat di rumah atau masjid..
"Ihsan, kenapa kamu ga mau dirawat di Rumah Sakit??"

Maka dengarlah jawabannya:
"Ihsan mau meninggal dalam keadaan sholat dan baca qur'an" jawabnya lirih
Didetik ini, saya tak bisa lagi menahan air mata saya..

Inilah Ihsan...
Anak sholeh yang hafal Qur'an hampir 15juz
Tadi pagi saya ditunjukan setumpuk uang sejumlah 27juta, bantuan dari Ibu2 majlis taklim.
Tapi Ihsan menolaknya..Ihsan ga mau pahala Sakit Ihsan jadi berkurang. Ia berkata

"Jika mau Ihsan jadi lebih baik, dan lebih tenang, kembalikan semua uang itu hari ini juga"
Meleleh lagi mata saya...

Sudah 3 hari ini Ihsan lirih memohon...
"Ihsan gak kuat
"Ihsan mau pulang
"Ihsan pasrah saja dengan ketentuan Allah

Tadi ba'da sholat shubuh, saat disinggung mau dibawa ke RS. Ihsan memohon ke kedua orang tuanya,
Mencium kaki umi abinya sambil berkata,

"Biarin Ihsan disini saja, Ihsan mau diakhir2 hidup ini, Ihsan habiskan bersama adik2 Ihsan. Ihsan ga mau di Rumah sakit"
Ya Allah...

Abi Ihsan berusaha tegar di depan anaknya, namun matanya berkaca2 sesekali menyeka air mata yang hampir jatuh...
Saya gak kuat...
Saya putuskan pulang saja...
Seperti biasa, perpisahan di akhiri doa Indah dari Ihsan...

Kembali saya terenyuh..

Ihsan...
Terima kasih atas pelajaran yang begitu dalam...

***********
Bantu Ihsan beli madunya, sebagai ikhtiarnya yang terus ia lakukan...

Beli madu Ihsan:
Abi Ihsan: 081289591469
Taris Zuper: 087776621983
Ruru: 087781700088

Bantu sebarkan Sahabat Peduli...

Semoga Allah memuliakan Ihsan dengan sakitnya karena kesabarannya. Pada akhirnya, Ihsan mau juga diajak berobat ke rumah sakit. Semoga Ihsan mendapat yang terbaik dari Allah . Aamiin

Sumber : STW , http://www.voa-islam.com , Fp Hanny Kristianto

Ihsan, adalah nama anak berusia 11 tahun yang sedang mengidap diabetes parah. Dalam kondisi sakit, Ihsan pantang menyerah. Ia berjualan madu keliling kawasan Emerald Bintaro demi mendapat laba untuk berobat. Sakit yang dideritanya berusaha disembunyikan semampunya. Hanya ketika ia tak kuat saja, maka tongkat menjadi alat bantu untuk menyangga tubuhnya.
Bocah sederhana ini adalah satu dari teladan yang mampu membuat kita malu. Bagaimana tidak, ia tak pernah meninggalkan salat tak peduli seberapa parah sakitnya.
“Orang buta saja bisa tetap berjalan ke Masjid, masa Ihsan salat aja gak bisa?” selalu begitu yang menjadi alasannya.
Tak berhenti di situ saja. Ihsan pun rajin tilawah setiap hari. Ketika suara tilawah yang dilantunkan terdengar keras, itu berarti Ihsan sedang menahan rasa sakitnya. Tak jarang, setelahnya ia pingsan karena lelah dan menahan sakit yang tak terkira. Bila sudah begini, Ihsan pun harus salat sambil duduk karena ia sudah tak mampu lagi untuk berdiri.
Ihsan tumbuh menjadi remaja yang mandiri. Selain berjualan madu untuk biaya berobat, ia pun berusaha tidak merepotkan orang lain terlebih orang tuanya di saat ia sakit begini. Pernah ketika wudhu, Ihsan tidak keluar-keluar dari kamar mandi. Setelah dicek oleh umminya, ternyata Ihsan habis muntah darah dan berusaha mencuci sendiri baju yang terkena noda darah tersebut. Ia tak mau merepotkan umminya.
Hal ini sering pula dilakukkan ketika di rumah. Diam-diam ia mencuci bajunya sendiri ketika malam-malam harus muntah darah dan mengenai baju yang sedang dikenakannya. Ihsan tak pernah mengeluh sama sekali. Bahkan ucapan ‘aduh’ tak pernah keluar dari lisannya. Ia pun menolak dirawat di rumah sakit.
“Ihsan ingin meninggal dalam keadaan salat dan membaca Al Quran,” lirih jawabnya saat ditanya.
Remaja yang hapal 15 juz Al Quran ini juga tidak mau menerima dana sumbangan dari mana pun juga. Ia selalu meminta uang tersebut dikembalikan saja kepada para pemberi. Ihsan merasa dengan menerima sumbangan tersebut, pahala sakitnya akan berkurang. Dan ia tidak mau itu terjadi.
“Jika mau melihat Ihsan lebih baik dan lebih tenang, kembalikan semua uang itu hari ini juga,” katanya tegas  menolak bantuan dan sumbangan untuk dirinya.
“Banyak yang lebih susah dari saya,” lanjutnya saat ia menolak sumbangan yang berhasil dikumpulkan oleh beberapa jamaah pengajian. Bahkan uang dari Ustadz Yusuf Mansur juga ditolaknya.
Ketika sakitnya makin parah dan berusaha untuk dirujuk ke rumah sakit, Ihsan memohon kepada ummi dan abinya sampai mencium kaki keduanya.
“"Biarin Ihsan di sini saja. Ihsan mau di akhir-akhir hidup ini, Ihsan habiskan bersama adik-adik Ihsan. Ihsan gak mau di rumah sakit," pintanya.
Beberapa hari terakhir ini Ihsan terlihat pasrah dan bersuara lirih seolah pada dirinya sendiri.
 “Ihsan gak kuat. Ihsan ingin pulang. Ihsan pasrah dengan ketentuan Allah.”
Untuk beli madu Ihsan silakan hubungi:
Abi Ihsan: 081289591469
Taris Zuper: 087776621983
Ruru: 087781700088
Semoga Allah memuliakan Ihsan dengan sakitnya karena kesabarannya. Pada akhirnya, Ihsan mau juga diajak berobat ke rumah sakit. Semoga Ihsan mendapat yang terbaik dari Allah. Amin. (riafariana/voa-islam.com)
Sumber: FP Hanny Kristianto
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2016/03/23/42990/sakit-parah-anak-11-tahun-ini-menolak-sumbangan-dan-memilih-berjualan-madu/#sthash.CM0ezLO4.dpuf
Ihsan, adalah nama anak berusia 11 tahun yang sedang mengidap diabetes parah. Dalam kondisi sakit, Ihsan pantang menyerah. Ia berjualan madu keliling kawasan Emerald Bintaro demi mendapat laba untuk berobat. Sakit yang dideritanya berusaha disembunyikan semampunya. Hanya ketika ia tak kuat saja, maka tongkat menjadi alat bantu untuk menyangga tubuhnya.
Bocah sederhana ini adalah satu dari teladan yang mampu membuat kita malu. Bagaimana tidak, ia tak pernah meninggalkan salat tak peduli seberapa parah sakitnya.
“Orang buta saja bisa tetap berjalan ke Masjid, masa Ihsan salat aja gak bisa?” selalu begitu yang menjadi alasannya.
Tak berhenti di situ saja. Ihsan pun rajin tilawah setiap hari. Ketika suara tilawah yang dilantunkan terdengar keras, itu berarti Ihsan sedang menahan rasa sakitnya. Tak jarang, setelahnya ia pingsan karena lelah dan menahan sakit yang tak terkira. Bila sudah begini, Ihsan pun harus salat sambil duduk karena ia sudah tak mampu lagi untuk berdiri.
Ihsan tumbuh menjadi remaja yang mandiri. Selain berjualan madu untuk biaya berobat, ia pun berusaha tidak merepotkan orang lain terlebih orang tuanya di saat ia sakit begini. Pernah ketika wudhu, Ihsan tidak keluar-keluar dari kamar mandi. Setelah dicek oleh umminya, ternyata Ihsan habis muntah darah dan berusaha mencuci sendiri baju yang terkena noda darah tersebut. Ia tak mau merepotkan umminya.
Hal ini sering pula dilakukkan ketika di rumah. Diam-diam ia mencuci bajunya sendiri ketika malam-malam harus muntah darah dan mengenai baju yang sedang dikenakannya. Ihsan tak pernah mengeluh sama sekali. Bahkan ucapan ‘aduh’ tak pernah keluar dari lisannya. Ia pun menolak dirawat di rumah sakit.
“Ihsan ingin meninggal dalam keadaan salat dan membaca Al Quran,” lirih jawabnya saat ditanya.
Remaja yang hapal 15 juz Al Quran ini juga tidak mau menerima dana sumbangan dari mana pun juga. Ia selalu meminta uang tersebut dikembalikan saja kepada para pemberi. Ihsan merasa dengan menerima sumbangan tersebut, pahala sakitnya akan berkurang. Dan ia tidak mau itu terjadi.
“Jika mau melihat Ihsan lebih baik dan lebih tenang, kembalikan semua uang itu hari ini juga,” katanya tegas  menolak bantuan dan sumbangan untuk dirinya.
“Banyak yang lebih susah dari saya,” lanjutnya saat ia menolak sumbangan yang berhasil dikumpulkan oleh beberapa jamaah pengajian. Bahkan uang dari Ustadz Yusuf Mansur juga ditolaknya.
Ketika sakitnya makin parah dan berusaha untuk dirujuk ke rumah sakit, Ihsan memohon kepada ummi dan abinya sampai mencium kaki keduanya.
“"Biarin Ihsan di sini saja. Ihsan mau di akhir-akhir hidup ini, Ihsan habiskan bersama adik-adik Ihsan. Ihsan gak mau di rumah sakit," pintanya.
Beberapa hari terakhir ini Ihsan terlihat pasrah dan bersuara lirih seolah pada dirinya sendiri.
 “Ihsan gak kuat. Ihsan ingin pulang. Ihsan pasrah dengan ketentuan Allah.”
Untuk beli madu Ihsan silakan hubungi:
Abi Ihsan: 081289591469
Taris Zuper: 087776621983
Ruru: 087781700088
Semoga Allah memuliakan Ihsan dengan sakitnya karena kesabarannya. Pada akhirnya, Ihsan mau juga diajak berobat ke rumah sakit. Semoga Ihsan mendapat yang terbaik dari Allah. Amin. (riafariana/voa-islam.com)
Sumber: FP Hanny Kristianto
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2016/03/23/42990/sakit-parah-anak-11-tahun-ini-menolak-sumbangan-dan-memilih-berjualan-madu/#sthash.CM0ezLO4.dpuf
Ihsan, adalah nama anak berusia 11 tahun yang sedang mengidap diabetes parah. Dalam kondisi sakit, Ihsan pantang menyerah. Ia berjualan madu keliling kawasan Emerald Bintaro demi mendapat laba untuk berobat. Sakit yang dideritanya berusaha disembunyikan semampunya. Hanya ketika ia tak kuat saja, maka tongkat menjadi alat bantu untuk menyangga tubuhnya.
Bocah sederhana ini adalah satu dari teladan yang mampu membuat kita malu. Bagaimana tidak, ia tak pernah meninggalkan salat tak peduli seberapa parah sakitnya.
“Orang buta saja bisa tetap berjalan ke Masjid, masa Ihsan salat aja gak bisa?” selalu begitu yang menjadi alasannya.
Tak berhenti di situ saja. Ihsan pun rajin tilawah setiap hari. Ketika suara tilawah yang dilantunkan terdengar keras, itu berarti Ihsan sedang menahan rasa sakitnya. Tak jarang, setelahnya ia pingsan karena lelah dan menahan sakit yang tak terkira. Bila sudah begini, Ihsan pun harus salat sambil duduk karena ia sudah tak mampu lagi untuk berdiri.
Ihsan tumbuh menjadi remaja yang mandiri. Selain berjualan madu untuk biaya berobat, ia pun berusaha tidak merepotkan orang lain terlebih orang tuanya di saat ia sakit begini. Pernah ketika wudhu, Ihsan tidak keluar-keluar dari kamar mandi. Setelah dicek oleh umminya, ternyata Ihsan habis muntah darah dan berusaha mencuci sendiri baju yang terkena noda darah tersebut. Ia tak mau merepotkan umminya.
Hal ini sering pula dilakukkan ketika di rumah. Diam-diam ia mencuci bajunya sendiri ketika malam-malam harus muntah darah dan mengenai baju yang sedang dikenakannya. Ihsan tak pernah mengeluh sama sekali. Bahkan ucapan ‘aduh’ tak pernah keluar dari lisannya. Ia pun menolak dirawat di rumah sakit.
“Ihsan ingin meninggal dalam keadaan salat dan membaca Al Quran,” lirih jawabnya saat ditanya.
Remaja yang hapal 15 juz Al Quran ini juga tidak mau menerima dana sumbangan dari mana pun juga. Ia selalu meminta uang tersebut dikembalikan saja kepada para pemberi. Ihsan merasa dengan menerima sumbangan tersebut, pahala sakitnya akan berkurang. Dan ia tidak mau itu terjadi.
“Jika mau melihat Ihsan lebih baik dan lebih tenang, kembalikan semua uang itu hari ini juga,” katanya tegas  menolak bantuan dan sumbangan untuk dirinya.
“Banyak yang lebih susah dari saya,” lanjutnya saat ia menolak sumbangan yang berhasil dikumpulkan oleh beberapa jamaah pengajian. Bahkan uang dari Ustadz Yusuf Mansur juga ditolaknya.
Ketika sakitnya makin parah dan berusaha untuk dirujuk ke rumah sakit, Ihsan memohon kepada ummi dan abinya sampai mencium kaki keduanya.
“"Biarin Ihsan di sini saja. Ihsan mau di akhir-akhir hidup ini, Ihsan habiskan bersama adik-adik Ihsan. Ihsan gak mau di rumah sakit," pintanya.
Beberapa hari terakhir ini Ihsan terlihat pasrah dan bersuara lirih seolah pada dirinya sendiri.
 “Ihsan gak kuat. Ihsan ingin pulang. Ihsan pasrah dengan ketentuan Allah.”
Untuk beli madu Ihsan silakan hubungi:
Abi Ihsan: 081289591469
Taris Zuper: 087776621983
Ruru: 087781700088
Semoga Allah memuliakan Ihsan dengan sakitnya karena kesabarannya. Pada akhirnya, Ihsan mau juga diajak berobat ke rumah sakit. Semoga Ihsan mendapat yang terbaik dari Allah. Amin. (riafariana/voa-islam.com)
Sumber: FP Hanny Kristianto
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2016/03/23/42990/sakit-parah-anak-11-tahun-ini-menolak-sumbangan-dan-memilih-berjualan-madu/#sthash.CM0ezLO4.dpuf