Islam Tidak Menyukai Orang yang Meminta-minta (Mengemis)
Tolong Share - , Ada Pepatah “Tangan diatas, lebih baik dari pada tangan dibawah.” Sering kali kita mendengar pepatah seperti itu. Secara logika orang yang diposisikan sebagai “tangan diatas” adalah pemberi, sedang “tangan dibawah” sering dikonotasikan sebagai penerima atau peminta-minta. Secara filosofi seorang yang senantiasa tangannya dibawah, selalu berada pada posisi “low”, yakni dasar, bawah, miskin dan tak punya.
Meski tak dipungkiri di negeri ini ada banyak orang yang profesi menjadi seorang pengemis. Meminta-minta belas kasihan kepada setiap orang dijumpainya, menjual wajah iba, dengan sebentuk rupa; baju compang-camping, dekil, seolah dirundung sakit, perlihatkan cacat tubuh, atau menggendong anak kecil yang entah anak sewaan atau anak sendiri.
Rasulullah saw memang sangat peduli dan sayang kepada kaum fakir miskin. Anjuran kita untuk memberi sedekah kepada mereka sering kita dengar. Namun bukan berarti Islam menyenangi mengemis itu sebagai suatu profesi. Islam menginginkan setiap orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Dan soal hasil, sedikit banyak, asal barokah itu lebih utama. Dan bagi orang yang telah berusaha, namun belum mendapatkan hasil yang maksimal, hingga dalam taraf masih kekurangan, mereka itulah yang layak dibantu.
Dalam kitab sunan, Imam Abu Dawud dan al-Tirmidzi meriwayatkan hadis dari Anas ibn Malik dikisahkan suatu ketika,
“Seorang lelaki dari kalangan Anshar yang miskin mendatangi Rasulullah saw untuk meminta sesuatu. Rasul mengernyitkan dahi.
“Barang apa yang masih ada di rumahmu?” Tanya Rasullulah.
“Satu pakaian yang sedang dijemur dan gelas” jawab lelaki Anshar itu.
“Cobalah bawa dua barang itu kemari.” Lelaki itu menurut . Ia pulang dan mengambil barang-barangnya, kemudian menyerahkan kepada Rasul. Apa yang kemudian dilakukan Rasulullah?
Ternyata melelangnya kepada para sahabat yang tengah hadir disitu.
Ada seorang sahabat yang menawarnya dengan satu dirham. Rasul kemudian masih menawarkan barang tersebut pada yang hadir.
“Siapa yang akan membeli dengan harga lebih dari satu dirham? Beliau mengulang-ulang penawarannya sampai akhirnya ada seorang sahabat yang mau membeli dengan harga dua dirham. Rasul kemudian memberikan uang dua dirham yang dimaksud kepada lelaki miskin itu.
“ Satu dirham ini untuk membeli makanan untu keluargamu, dan sisanya satu dirham lagi kau belikan alat, sehingga kau bisa mencari nafkah. Setelah itu, datanglah kemari,” kata Rasulullah dengan bijak.
Beberapa saat kemudian, lelaki itu kembali dengan kapak ditangan. Ia kemudian menghadap Rasul. Kemudian, diikatkannya lidi ke kapak itu oleh Rasul.
“Sana, pergilah. Cari usaha dengan kapak itu, dan jangan kembali menghadap kecuali setelah limabelas hari..” perintah Rasulullah.
Pada hari kelima belas, lelaki tersebut kembali menghadap Rasul dengan membawa limabelas dirham. Uang itu didapat dari hasil jerih payahnya bekerja dengan kapak itu. Dengan uang sebanyak itu, lelaki itu bisa menafkahi keluarganya jauh lebih layak daripada saat ia menjadi peminta-minta. Nasehat terakhirpun di ucapkan Rasulullah pada lelaki Anshar itu, dan inipun nasehat yang sangat baik kita.
“Hal seperti itu, lebih baik daripada kau meminta-minta yang akan menimbulkan bintik hitam di wajahmu kelak di akherat,”
Sebuah kejadian yang buruk, bagi orang yang berprofesi sebagai peminta-minta di akherat kelak. Dan yang menyedihkan , hal ini tidak banyak diketahui oleh mereka.
Sebenarnya dalam Islam, perintah untuk bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarganya, telah tercantum pada beberapa ayat. Usaha itu lebih baik, dan mulia dibandingkan orang-orang yang malas, dan hanya mengandalkan pemberian orang semata. Karena dengan hasil maksimal orang yang berupaya yang terbaik dalam kehidupannya, bisa membuat keluarganya dalam kecukupan, juga bisa bersedekah memberikan hartanya untuk orang lain. Tentu tak dipungkiri, berdoa adalah sarana yang terbaik dilakukan setelah berusaha, kedua hal tersebut harus selalu mengiringi.
Tapi apakah orang yang hanya berdoa saja, duduk-duduk dimasjid adalah hal yang dibenarkan? Umar ibn Khathab juga pernah menegur orang-orang yang hanya menghabiskan waktunya di masjid tanpa mau berusaha mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup.
“Kalian jangan hanya duduk-duduk saja di sini, dan hanya berdoa semoga Allah memberikan rezeki. Padahal kamu semua tahu, langit tidak serta meta menurunkan emas juga perak. Sedangkan Allah telah berfirman: ‘Apabila shalat telah ditunaikan maka menyebarlah di muka bumi, carilah karunia Allah. Dan perbanyaklah mengingat Allah agar kamu beruntung,..” (al-Jumu’ah:10)
Sebuah perpaduan yang manis, dari doa dan usaha. Mencari karunia di padu dengan ridha Allah, akan lebih indah umtuk insan dalam memaknai kehidupan. Semoga Allah selalu memberi kita semua petunjuk.
Sumber : http://www.duniaislam.org