Ustadz Cilik Asal Jombang Ini Bikin Ratusan Jamaah Terkesima Dengan Ceramahnya


Kendati masih bocah, dengan usia 4 tahun, tapi Panembahan Aryo Panuntun (Ryo), dai asal Desa Wangkalkepuh Kecamatan Gudo, Jombang, tak kalah dengan ustad dan ustadah kondang.

Bocah yang masih duduk di bangku playgroup mampu memukau orang yang menyimak ceramahnya. Hal itu pula yang terlihat saat Ryo mengisi acara pengajian Isra' Mi'raj di Desa Pesanggragan Kecamatan Gudo, Sabtu (24/5/2013) malam.

Pesan-pesan yang dilontarkan Ryo mampu membuat ratusan pengunjung terkesima dan tak beranjak dari tempat duduknya hingga Ryo menuntaskan ceramahnya. Selain materi ceramah menarik, Ryo juga kerap melontarkan guyonan segar, sehingga jemaah betah menyimak ceramahnya.

Malam itu Ryo mengenakan peci warna putih. Tubuhnya dibalut jas mini warna hitam. Sedangkan bawahannya, Ryo mengenakan sarung warna putih.

Yang lucu, karena tinggi badan yang tidak seimbang dengan ukuran tinggi panggung, Ryo harus digendong ibundanya saat naik ke panggung itu. Sejurus kemudian dia mengucapkan salam dengan fasih.

"Anak-anak zaman sekarang jangan hanya hafal lagu Ariel, dan dendang Sagita Asololey. Tapi harus juga rajin mengaji Alquran," kata Ryo disambut ger-geran pengunjung.

Pada akhir ceramah, anak pasangan Dimas Cokro Pamungkas-Marvyolan Agustine, ini menutupnya dengan doa. Di atas panggung berukuran besar itu, dia duduk bersimpuh, matanya terpejam, dan mulutnya dengan fasih membaca doa. Ratusan jemaah mengamini, sembari berdecak kagum.

Kemampuan dakwah dai cilik ini tidak muncul secara tiba-tiba. Semua itu berkat ketelatenan kedua orang tuanya dalam mendampingi belajar. "Ryo juga kerap kami ikutkan lomba dai cilik, lokal maupun nasional. Kalau di Jombang sering juara," kata Dimas Cokro Pamungkas, ayah Ryo.

Dimas menceritakan, sejak dalam gendongan Ryo sudah sering mendengar ceramah agama. Maklum saja, keluarga besar Dimas memang para pendakwah.

Sehingga, mendengar orang belajar ceramah sudah menjadi santapan sehari-hari warga Desa Wangkalkepuh ini. Namun, lanjut Dimas, dengan itu saja tidak cukup.

Ketika Ryo menginjak usia dua tahun, ia dan istrinya mulai rajin mendampingi sang anak. Mengajari teori-teori berceramah. Selain itu juga memberikan materi-materi dalam ceramah itu sendiri.

Alhasil, pada usia tiga tahun, Ryo sudah berani naik petnas untuk berceramah agama. Guna lebih mengasah mental, Ryo diikutkan sejumlah lomba ceramah dai cilik.

Dimas juga mengatakan, anaknya kerap mendapatkan undangan ceramah. Itu pula sebab, Ryo semakin lihai berimprovisasi, dan makin menghayati isi ceramahnya. "Pernah Ryo menangis saat ceramah, yaitu ketika materinya tentang kiamat," kata Dimas. [surabaya.tribunnews]