"SUBHANALLAH" Niat Meninggal di Mekah, Wajah Jemaah Umroh Berubah Jadi...
Menangis Ingin Pergi ke Tanah Suci
Ini pengalaman dari seorang jemaah kami. Ada seorang hamba Allah, Pak Fauzi namanya. Pria 59 tahun dari Kota Bharu, Kelantan itu mendaftar jadi jemaah umrah pada 16 Desember karena ingin sekali pergi ke Tanah Suci.
Keinginan untuk ibadah haji tahun ini gagal karena beliau mengidap penyakit ginjal, sehingga harus cuci selalu cuci darah. Jadi, saat pendaftaran umrah, kami beritahukan kepada beliau bahwa keberangkatan bergantung pada hasil pemeriksaan dokter.
Beberapa minggu sebelum berangkat, kami dapati beliau dalam keadaan tidak sehat. Tetapi beliau bersikeras ingin pergi umrah Desember ini. Sambil menangis, beliau telepon kepada pengurus rombongan untuk mengizinkan beliau pergi umrah.
Dengan alasan ingin melihat Kabah sekali seumur hidupnya, akhirnya dokter mengizinkan beliau berangkat dengan syarat harus cuci darah selama menjalankan ibadah umrah di Mekah dan Madinah.
Betapa senangnya Pak Fauzi mendapat izin pergi ke Tanah Suci. Beliau mengirim pesan kepada kepala rombongan, " Saya doakan supaya dipermudah semua urusan selama mengurus saya di Mekah nanti."
Jalani Perawatan Selama di Tanah Suci
Saat keberangkatan, beliau termasuk salah satu dari 5 jemaah yang dibawa dengan kursi roda naik pesawat. Setelah sekitar 16 jam, perjalanan akhirnya sampai di Mekah, dan rombongan umrah langsung check-in di hotel.
Petugas hotel terkejut karena Pak Fauzi wajahnya terlihat sangat lelah dan terpaksa digendong. Tetapi semangat beliau sangat kuat. Kami terkejut setelah check-in, beliau turun untuk melakukan tawaf dan sai dengan berjalan kaki.
Beliau ternyata berhasil menyelesaikan umrah sendiri ditemani oleh istri dan anaknya yang masih remaja. Setelah balik ke hotel, beliau terlihat lelah dan agak lemah. Keesokan harinya kami membawa beliau dan dua jemaah lainnya yang menderita ginjal menjalani perawatan cuci darah.
Setelah selesai cuci darah, Pak Fauzi masih terlihat lemah meski sudah kembali ke hotel. Lewat tengah malam, beliau muntah darah. Kami bergegas membawa beliau ke RS King Abdul Aziz di Mekah. Setelah mendapat perawatan, beliau diperbolehkan pulang untuk istirahat.
Namun sampai di hotel, keadaan beliau masih belum pulih. Malah lewat tengah malam, keadaan beliau makin parah. Kami dan seorang Mutawaif yang berpengalaman mengantar beliau ke bagian gawat darurat di RS King Abdul Aziz. Setelah dua jam diperiksa, beliau dimasukkan ke ICU.
Karena tak bisa masuk ke ICU, kami kembali ke hotel mengurus jemaah yang lain. Kami pesan kepada istri dan anak beliau yang ikut mengantar untuk menghubungi kami jika terjadi apa-apa.
Meninggal, Wajah Terlihat Bersih dan Ceria
Sekitar jam 4 pagi, kami terima telepon dari anaknya yang mengatakan Pak Fauzi telah meninggal dunia. Usai Sholat Subuh, kami bergegas ke rumah sakit untuk urus dokumen dan urusan lainnya. Segalanya berjalan lancar dan cepat selesai. Jenazah sudah siap untuk dimandikan sebelum shalat Ashar.
Saat itu, pikiran kami terngiang perkataan Pak Fauzi di telepon agar semua urusan dipermudah ketika mengurus beliau di Mekah. Saat berada di dalam mobil ambulans, kami melihat istri, anak dan kenalan membacakan Yasin.
Dalam hati kami berkata beruntungnya beliau, wajah yang sebelumnya sakit dan hitam oleh penyakit, kini berubah bersih dan terlihat ceria karena akan disembahyangkan oleh ribuan manusia di Masjidil Haram.
Ketika ditanya, istri beliau mengatakan Pak Fauzi memang ingin sekali ke Mekah dan berniat meninggal di sana. Dan sehari sebelum beliau meninggal, anak beliau bermimpi ayahnya akan meninggal awal Subuh yang memang menjadi kenyataan keesokan harinya. Subhanallah.
Melihat cara meninggal yang baik seperti yang dialami Pak Fauzi, kami tak sadar menitikkan air mata, membayangkan bagaimana nasib ini nantinya. Apakah akan ada yang mendoakan? Apakah ada yang mau mensholatkan? Apakah mungkin bisa meninggal di Mekah Al-Mukaromah?
(Sumber: ohbulan.com)